"Em.....!!"
Emelly menoleh, dia berdiri di lobi sekolah, baru saja akan pulang setelah mengikuti rapat OSIS. Ray berlari menghampirinya, seragam OSIS yang dipakainya berantakan, keluar disana sini. Tangannya mencengkeram lengan Emelly, berusaha untuk mencari pegangan agar tidak jatuh, tas ranselnya melorot ke lengan kanannya. Keringat menetes dari dahinya, terlihat lelah. Dia terengah-engah, mengatur nafas, seperti akan mengucapkan sesuatu. Emelly masih menatap Ray, rambut hitam ikalnya yang panjang melebihi bahu tertiup angin.
"Lo kenapa sih? Kaya abis dikejar anjing gitu?" tanya Emelly sambil merapikan poni yang sedikit mengganggu pandangannya.
"Hhh... gue..gue...hhh..." Ray masih sibuk mengatur nafas.
"Sini deh, lo duduk dulu." kata Emelly sambil membimbing Ray duduk di kursi lobi, memberikan bekal air mineralnya. Suasana sekolah siang itu mulai sepi, hampir seluruh siswa SMA 7 Bandung sudah pulang, hanya tersisa beberapa yang masih mengikuti ekstrakurikuler basket dan akan pulang setelah mengikuti rapat OSIS.
"Gue.... Fira." kata Ray, masih berusaha mengatur nafas setelah meminum air yang diberikan Emelly.
"Tenang dulu ngapa Ray." Emelly mengelus-elus punggung Ray.
"Gue... udah jadian sama Fira." ucap Ray, tersenyum senang.
"Oh." wajah Emelly datar.
"Cuma oh doang?"
"Terus gue mesti ngapain dong?" Emelly tidak paham respon seperti apa yang Ray harapkan.
"Ya ampuuun. Lo jahat banget sih Em, sahabat lo jadian gini ya kasih selamat kek. Minimal kasih ekspresi seneng apa gimana, malah cuma 'oh' doang yang gue dapet." Ray menggerutu.
"Ehh, iya iya. Selamat ya." Emelly tersenyum.
"Nah gitu dong. Aduh gue seneng banget deh sekarang udah jadian sama Fira." Ray tak henti-hentinya menebar senyum bahagianya sambil memeluk botol air mineral Emelly. Beberapa siswa yang melewatinya tertawa geli melihat tingkah Ray. Emelly menunduk malu, malu akan tingkah Ray.
"Gue nggak kenal lo." Emelly ngeloyor pergi.
"Ehh, Em.. lo mau kemana??" Ray mengejar Emelly, meraih lengan kirinya.
"Pulang lah Ray, udah sore nih, ntar nggak ada angkot lagi." Emelly berbalik.
"Gue anterin deh, kaya nggak biasanya aja lo nebeng gue."
"Bukannya lo mesti anterin Fira pulang? Emang dia nggak nungguin lo?"
"Dia udah gue suruh pulang duluan tadi, soalnya gue mesti ngomong kabar bahagia ini sama lo dulu."
"Jahat banget lo sama pacar sendiri. Ehh, ini tangan ngapain masih disini?" kata Emelly sambil menunjuk tangan Ray yang masih mencengkeram erat lengannya.
"Eh,, ni tangan nakal banget ya?" Ray nyengir sambil melepas lengan Emelly, lalu tangan kirinya memukuli tangan kanan.
"Hhh.. dasar somplak. Udah ah, gue mau pulang."
"Ehhh.. udah gue bilang lo pulang sama gue, ya sama gue. Ngeyel banget nih anak." Ray menarik tangan Emelly, menyeretnya ke parkiran motor, Emelly tak bisa berbuat apa-apa.
***
Keesokan harinya..
"Em....!!" Ray memanggil Emelly yang sendirian saat di kantin sekolah. Emelly menghentikan kunyahannya, melihat ke arah Ray yang menggandeng seorang gadis, berseragam OSIS. Putih, cantik, rambut panjangnya dibiarkan terurai indah.
"Kamu duduk sama Emelly dulu ya, aku pesen makan dulu." ucap Ray pada gadis itu, gadis itu mengangguk. Ray pergi memesan makanan. Emelly tersenyum, lalu kembali menikmati mie ayamnya yang masih separuh.
"Maaf ya lama, minumnya ntar katanya mau dianterin." Ray kembali membawa dua piring somay. "Em, lo udah kenal Fira kan?" kata Ray memulai suapannya.
"Ya cuma tau kalo Fira anak kelas XII IPA 3, tapi belum pernah ngobrol. Ya nggak Fir?" jawab Emelly, menoleh ke arah gadis yang dikenalkan Ray sebagai Fira.
"Iya." Fira menjawab singkat.
"Oh ya udah. Sayang, Emelly ini sahabat aku. Kita tuh dari dulu susah seneng bareng. Ehh, makasih bu." tiba-tiba ibu kantin mengantarkan dua es jeruk saat Ray berbicara pada Fira.
"Iya." Fira tak banyak berkomentar, lalu tersenyum pada Emelly.
"Bagus deh kalo gitu, kalo kalian jadi akrab kan gue jadi seneng Em. Apalagi kalian juga ntar bisa bersahabat kaya gue sama lo."
"Tenang aja Ray." Emelly meyakinkan, lalu menyelesaikan suapan terakhirnya.
"Thanks ya Em." Ray tersenyum senang.
"Cantik sih, tapi kok kaya nggak suka gitu ya liatin gue? Hmm.. mungkin perasaan gue aja kali ya?" ucap Emelly dalam hati saat meminum soft drink, sambil memandang Ray dan Fira yang sedang ngobrol. "Eh, gue duluan yah Ray, gue belum ngerjain PR Bahasa Inggris nih, mana jam terakhir pula." Emelly beranjak dari duduknya.
"Ya udah gih sono, ntar gue nyontek ya, hehe." Ray nyengir.
"Hmm.. tapi makan gue barusan lo yang bayar ya?" tawar Emelly.
"Hhh.. dasar. Ya udah gih sono cepet kerjain." Ray cemberut.
"Hahaha.. ya udah, gue ke kelas dulu ya. Daah Fira." Emelly melambaikan tangan, meninggalkan kantin. Fira tersenyum lalu melambaikan tangan.
***
Dua bulan kemudian..
"Em, gue boleh minta tolong sama lo?" ucap Ray di parkiran sepulang sekolah.
"Tinggal ngomong aja, emang kenapa?"
"Kita sekarang jangan terlalu sering keliatan bareng ya, Fira cemburu sama lo."
"Hmm.. gitu ya. Ya udah deh, tapi kita masih sahabatan kan?."
"Ya lah, kita bakal jadi sahabat terus. Gue cuma minta tolong pengertian lo aja, lo pasti tau lah gimana perasaan cewek. Walaupun gue udah berulang kali jelasin ke Fira kalo kita ini sahabatan doang, tapi tetep aja dia cemburu sama lo."
"Iya gue ngerti Ray." Emelly melirik tangan kiri Ray, gelang bambu bertuliskan EMELLY sudah tidak ada.
"Makasih banget ya Em. Ya udah, gue jemput Fira dulu ke kelasnya ya, dia masih nungguin." pamit Ray.
"Gue udah tau bakal kaya gini Ray. Apa mungkin setelah ini lo jadi jauhin gue?" ucap Emelly menatap punggung Ray yang semakin lama menjauh.
***
Satu minggu kemudian..
"Ray...!!" Emelly memanggil Ray saat melihatnya di parkiran. Ray hanya memandang sekilas, lalu buru-buru memakai helm. "Ray.. tunggu Ray!!" Emelly berlari menghampiri Ray."
"Ada apa?" jawab Ray singkat, membuka kaca helm.
"Gue boleh nebeng nggak, gue.."
"Sory gue udah ditunggu Fira di depan sekolah Em. Sory banget ya." potong Ray saat Emelly akan menyelesaikan ucapannya, kemudian segera menyetater motornya. Emelly kembali menatap kepergian Ray dengan tersenyum getir.
Malam harinya, Emelly mulai merasa ada yang berbeda dari Ray beberapa hari terakhir ini. Dia tak tahan lagi, segera meraih handphone. Karena satu-satunya jalan hanya mengirim SMS, sebab Ray selalu menghindar dan menjauhi Emelly saat ini.
To: Ray
Lo knp sih Ray?
Skrg beda bgt ma gw?
Sorry kalo gw punya salah.
Emelly menunggu balasan SMS dari Ray. Lima menit. Sepuluh menit. Setengah jam. Emelly mulai resah, tidak biasanya Ray lama membalas SMSnya. Emelly mulai beringsut menuju meja belajar, berusaha melupakan hal yang sangat mengganggu pikirannya itu dengan mengerjakan PR Matematika. Baru setengah soal dia kerjakan, Emelly memandang fotonya bersama Ray yang dia taruh di meja belajar. Di foto itu terlihat tangan Ray memiting leher Emelly, tangannya mengepal seperti hendak menjitak kepala Emelly. Sedang ekspresi wajah tak berdaya Emelly terlihat sangat alami. Foto tersebut diambil saat mereka sedang menghabiskan waktu istirahat di depan perpustakaan. Tanti, teman sekelas mereka lah yang tidak sengaja memotretnya waktu akhir semester gasal kelas XI. Emelly meraih foto itu, tersenyum memandanginya.
"Apa mungkin kita bisa kaya gini lagi Ray?" ucap Emelly, dia mengusap foto pada bagian wajah Ray.
Setelah menyelesaikan PRnya, Emelly akan beranjak ke tempat tidurnya. Dia kembali memandang handphone, berharap handphone itu bergetar, dan balasan dari Ray bisa segera dia baca. Tapi handphone yang tergeletak di samping bantal tak bergetar, sunyi.
"Hhh..." Emelly menghela nafas. Dia mematikan lampu belajar, merebahkan badannya, memejamkan mata.
Ddrrrtt...drrtt...
Baru saja Emelly terlelap, dia dikagetkan oleh getar handphonenya. Dia meraih handphone, melihat SMS dari Ray tertera dilayar, ternyata sudah pukul 23.30. Dengan segera Emelly memencet pilihan 'Read'.
From: Ray
Gw gak knpa-napa.
Biasa aja kok.
Emelly kecewa, sangat kecewa dengan balasan yang dia baca. Bukan balasan yang seperti itu yang dia harapkan. Dia meletakkan handphonenya, berusaha memejamkan matanya kembali. Setetes air mata menetes dari ujung matanya.
Selama hampir satu bulan Ray masih saja bersikap menghindar, atau bahkan lebih tepatnya menjauhi Emelly. Emelly benar-benar bingung dengan perubahan sikap Ray yang sangat drastis, sedang mereka tidak ada masalah apalagi bertengkar. Emelly merasa ini pasti ada hubungannya dengan Fira. Dia berniat untuk menemui Fira pulang ekstrakurikuler nanti, dia tau kalau hari ini jadwal latihan ekstra teater drama.
"Fira." panggil Emelly saat melihat Fira berjalan menuju lobi, dia sudah menunggu sekitar satu jam.
"Ya, ada apa Emelly?" jawab Fira.
"Boleh ngomong sebentar?"
"Boleh, ada apa ya?"
"Hmm.. gue to the point aja kali ya. Lo nggak suka ya gue sama Ray sahabatan?" pertanyaan Emelly tepat sasaran, perubahan wajah Fira sangat terlihat.
"Maksudnya apa ya?"
"Yaa, lo cemburu kan sama gue?"
"Gue.."
"Udah lo jujur aja Fir, biar kita sama-sama enak."
"Gue.. gue tau kalo lo dan Ray udah sahabatan lama. Ray juga cerita kalo kalian susah seneng bareng, intinya lo itu sahabat yang paling ngertiin dia. Walaupun berulang kali Ray yakinin gue kalo kalian cuma sahabatan, tapi gue nggak bisa bohongin perasaan gue. Gue nggak suka dengan kedekatan kalian." Fira tak bertele-tele lagi.
"OK, gue paham. Gue ngerti, tapi apa nggak bisa sih lo percaya sama Ray, sama gue juga kalo kita emang cuma sahabatan, NGGAK LEBIH." Emelly memberi penekanan.
"Gue udah coba, tapi rasanya sulit Em. Ray sering cerita dulu begini lah, dulu begitu lah sama lo. Kalo lo jadi gue, gimana perasaan lo waktu pacar lo lebih sering cerita tentang cewek lain didepan lo?" pertanyaan Fira membungkam Emelly. "Lo nggak bisa jawab kan? Tapi gue juga nggak mau ngrusak persahabatan kalian. Kayaknya gue lebih baik mundur."
"Maksud lo apa Fir?"
"Lo pasti tau lah apa maksud gue. Gue bakal ninggalin Ray, gue nggak mau ngrusak persahabatan kalian."
"Nggak! Lo nggak boleh ninggalin Ray. Ray sayang banget sama lo Fir, gue yang bakal jauhin Ray."
"Ray juga butuh lo Em, lo sahabatnya."
"Ray bisa tanpa gue, tapi kalo lo ninggalin dia.."
"Dia bakal baik-baik aja. Sebaliknya, kalo dia nggak ada sahabat kaya lo, dia pasti kehilangan." Fira memotong ucapan Emelly. "Udah ya Em, gue pikir obrolan kita udah selesai. Tolong jagain Ray." Fira pergi meninggalkan Emelly.
"Fir... Fira!! Kita belum selesai bicara. Firaaa!!" Emelly berteriak memanggil Fira yang tetap berlalu meninggalkannya.
Hari-hari berikutnya sikap Ray masih sama, menjauhi Emelly. Bahkan Ray sudah sangat jarang untuk mau berbicara dengan Emelly, padahal mereka satu kelas. Tatapan mata Ray pun tak sehangat dulu lagi, saat bertemu atau berpapasan dengan Emelly dia hanya menatap sekilas kemudian membuang muka. Ray tetap bersama Fira, Emelly pun cukup tahu diri dan tidak berani mendekati Ray lagi. Di sisi lain, dia senang Ray bahagia bersama Fira. Namun, di sisi lain dia merasa sakit harus menjauhi dan dijauhi Ray seperti itu. Dia merasa sakit sekali, apalagi Ray berubah tanpa ada satupun penjelasan keluar dari mulutnya.
Gelang bambu bertuliskan RAY pun telah dia lepas dan tidak dipakai lagi. Dia hanya mampu menyimpan barang-barang yang memiliki kenangan tentang Ray seperti gelang, sketsa-sketsa buatan Ray, dan beberapa barang yang lainnya.
Sampai mendekati kelulusan SMA, Emelly dan Ray semakin jauh. Hingga akhirnya setelah kelulusan, mereka tak sempat mengucapkan kata perpisahan.
***
Pagi ini Emelly sangat bersemangat, dia akan mengawasi UlanganTengah Semester di SMA Bina Karya. Merasa bahwa seminggu kedepan kegiatanya tidak terlalu melelahkan, karena dia hanya perlu mengawasi dan mengoreksi hasil ulangan kelas yang diampu olehnya.
Seperti biasa, sebelum memulai aktifitasnya, Emelly harus menyiapkan sarapan dulu untuk Pak Fauzi dan Dira. Kali ini dia memasak mie goreng, cah kangkung, dan tidak ketinggalan tempe goreng. Saat Emelly mengiris tempe, handphonenya menjerit, ada sms.
From: Ray
Good morning Em..
Lagi ngpain lo?
To: Ray
Morning Ray..
Bikin breakfast nih
From: Ray
Emang sejak kpn lo bisa masak?
To: Ray
Sialan lo..!
Gw masak dulu ya, sambung ntar lagi.
813 Ray :)
From: Ray
Hahaha.. okay..
86 Em :)
Emelly tersenyum menyudahi SMSan singkatnya dengan Ray, dia harus segera menyelesaikan pekerjaannya. Dia melihat jam yang tertera di layar handphone, sudah pukul 05.50 dan dia belum mandi. Emelly segera menyelesaikan masakannya, kemudian pergi mandi dan bersiap untuk sarapan.
Ket:
kode kepolisian 813 : selamat bertugas
kode kepolisian 86 : dimengerti