My Read Lists

Jumat, 28 Desember 2012

Lewat Mata Lensa

"Mbak, orang yang biasa di saung nomor 13 nggak dateng?" tanyaku pada si pramusaji.
"Enteu Neng, udah dua hari ini dia nggak keliatan." si pramusaji menjelaskan, menyodorkan buku menu padaku. Aku menolaknya.

"Pesen yang kaya biasa aja mbak."
"Oh, uluketeuk leunca ya neng. Sama bandrek, terus pepes ikan nila?" si pramusaji mengulang pesanan ku setiap makan siang. Aku mengangguk. Dia berlalu dari hadapanku.

Ya, aku sangat menyukai masakan Sunda di restoran ini. Dengan desain yang sangat Sunda, menggunakan saung dan aku bisa menikmati makan siangku sambil melihat pemandangan sawah. Hampir setiap hari aku menikmati santap siang ku. Sembari menunggu pesananku datang, aku selalu mencuri-curi foto disekitar saung dengan kamera profesional yang selalu ku bawa. 

Dan, sampai pada akhirnya aku melihatnya disini, di tempat yang sama. Dia selalu menempati saung lesehan nomer 13, ditemani oleh secangkir kopi. Dia menerawang, memandang ke sawah diseberang. Kemudian menggoreskan pensil pada buku sketsa dihadapannya.
Pertama kali aku menangkap sosoknya, tentu saja lewat lensa kamera ku. Aku agak lupa kapan tepatnya, mungkin sekitar satu bulan yang lalu. Saat itu dia memakai jeans abu-abu, dan kemeja hitam yang lengannya digulung sampai siku.
 
Dia tidak terlalu tampan, tapi tidak bisa dibilang jelek juga. Kulitnya yang sawo matang, matanya agak sipit, bibirnya tipis berwarna merah muda.
Setelah aku amati, sepertinya dia setiap hari ke saung ini. Ya, setiap aku makan siang, aku selalu mendapati sosok yang sama di saung nomor 13 itu. Dengan secangkir kopinya, dan tentu saja buku sketsanya. Sungguh aku sangat penasaran, sketsa seperti apa saja yang sedang dia buat. Masa iya setiap hari dia membuat sketsa pemandangan sawah diseberang saung? Di buku sketsa setebal itu?
Ingin rasanya aku memberanikan diri, mendatangi tempat dimana dia sedang menggambar, berkenalan. Tapi rasanya  aku tidak seberani itu. Sampai saat ini aku hanya berani memperhatikannya lewat kamera ku. Mata kedua ku.
Hanya saja sudah 3 hari ini aku tidak melihatnya, entahlah. Mungkin dia bosan harus memandangi dan menggambar pemandangan yang sama.

 ***

Setelah hampir 3 bulan aku tidak melihatnya, aku mendapati sosok itu lagi. Hanya saja sekarang dia menempati saung nomor berapa aku tidak tahu, bukan di nomor 13 lagi. Yang aku heran, kenapa dia selalu ada sebelum kehadiranku. Ingin rasanya aku melihat saat pertama kali dia datang dan memilih di saung mana dia akan menggambar lagi. Tak apa lah, aku jadi bisa mengamatinya lagi, dari kejauhan. Lewat kamera lagi tentunya.

Pernah berulang kali aku menggunakan fasilitas kamera agar aku bisa mencuri foto apa yang sedang dia gambar. Tapi sulit sekali, sampul dari buku sketsa selalu dia gunakan untuk menutupi sketsa-sketsanya. Ah, hampir aku mati penasaran dibuatnya. Mungkin karena aku biasa menangkap semua gambar-gambar yang aku inginkan, menyimpannya dalam mata lensa kamera ku. Ya, aku sangat menyukai tema human interest. Sehingga aku hampir menjadi seperti paparazzi, tapi kenapa yang satu ini sulit sekali. 

Dia benar-benar misterius, dan aku penasaran karenanya.

***

Hampir tiga bulan ini aku tergila-gila karena laki-laki itu. Si pembuat sketsa, si misterius yang sungguh ingin sekali ku kenal. Aku ingin sekali bisa berbincang dengannya, duduk disampingnya, melihatnya menggambar. Tapi masa cewek dulu sih yang ngajakin kenalan? Kan malu?
Tapi, aku lelah hanya bisa mengamatinya lewat kamera seperti ini terus. Aku ingin benar-benar bisa berinteraksi langsung dengannya. 
Sampai pada suatu saat, aku beranjak dari tempat dudukku. Aku seruput jus manggaku, kemudian menghela nafas. Memberanikan diri, melangkah menuju saung dimana dia sekarang sedang menggambar. Namun, tinggal 5 meter lagi aku sampai, dia beranjak dari duduknya. 

Oh tidak, aku malu. Aku kembali berbalik arah dan kembali menuju saung tempat dudukku semula. Jantungku berdebar cukup kencang saat itu. Sayangnya saat aku berbalik melihatnya, dia telah pergi. Aku hanya bisa melihat punggungnya, saat dia berjalan meninggalkan restoran. Aku ambil foto punggungnya. Aku tersenyum memandang foto yang baru saja aku ambil, punggungnya bagus. Tegap, yang hari ini memakai kemeja warna biru tua. 
Aku heran, bagaimana bisa? Aku baru pernah melihat foto tampak belakang dari seseorang yang menurutku, indah.

***

Aku telah memutuskan, hari ini aku harus berani untuk mendatanginya, berkenalan dengannya. Sudah hampir mau meledak rasanya memendam rasa penasaran ini. Bosan aku harus menguntitnya setiap hari. Tapi...
Kenapa aku sampai sepenasaran ini ya? Apa iya cuma karena ingin melihat gambar sketsanya? Atau karena orangnya? Entahlah..

***

Ahh, kecewa aku.
Hari ini dia malah tidak datang. Disaat aku sudah mengumpulkan keberanian untuk menemuinya, kenapa dia malah tidak memunculkan batang hidungnya?
Baiklah, hari ini aku belum beruntung. Mungkin aku mesti mencoba lagi besok. Seperti sedang menggosok undian berhadiah saja.
Saat ku langkahkan kakiku meninggalkan saung yang ku tempati, Seorang pramusaji memanggilku.
"Neng, tunggu."

Aku berbalik, dan mbak pramusaji mengejarku. Dia memberikan sebuah buku, buku sketsa lebih tepatnya.
"Ini neng, ada yang nitipin buku ini untuk neng."
"Nuhun." Aku menerimanya, lalu segera meninggalkan restoran.


***

Aku terhenyak saat membuka lembar demi lembar buku sketsa yang aku pegang saat ini. Ini miliknya. Milik laki-laki yang aku sendiri tidak tahu siapa namanya. Tapi aku penasaran karenanya.
Dan yang lebih membuatku terkejut, isi daripada buku sketsanya adalah sketsa ku. Ya, seluruhnya sketsa ku. Sketsa saat aku baru saja memasuki saung, sedang memesan makanan, sedang makan, sedang menyedot jus apa lah aku lupa, sedang menyendok bandrek, sedang melihat hasil jepretanku, dan saat melihatnya. Semuanya terekam indah di buku sketsanya, dibuat langsung oleh tangannya.

Bagaimana mungkin? Ternyata dia telah lebih dulu mengetahui aku, mengamati aku, dan merekamnya dalam goresan-goresan indah ini.
Aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa lagi. Semoga saja besok aku dapat bertemu dengannya.

***

Sudah hampir lebih dari dua jam aku menunggu kehadirannya, tapi dia belum muncul juga. Aku harus menunggunya. Aku ingin mengucapkan terimakasih atas seluruh goresan tangannya yang indah itu.
Untuk membunuh rasa bosan menunggu kedatangannya, kembali aku meraih kamera ku. Aku potret beberapa kejadian, seperti saat seorang pengunjung sedang menyeruput kopi panas dihadapannya, lalu seorang ibu yang membantu anaknya mencuci tangan selepas makan siang kali ini.
Kemudian, lewat mata lensa ini lagi, aku menangkap sosoknya lagi. Aku terkesiap. Dia datang, mengenakan jeans hitam, kemeja abu-abu, seperti biasa digulung sampai siku.

Sejenak otakku berfikir, bagaimana bisa dia merekam semua kegiatanku saat di saung? Padahal waktu itu aku seperti belum melihatnya, atau lebih tepatnya saat aku melihatnya, dia terlihat sibuk sekali memandang dan menggoreskan pensilnya. Sepertinya dia tidak pernah sekalipun menyadari keberadaanku, apalagi memandangku.
Ahh sudahlah, lebih baik aku segera menghampirinya. Dan menanyakannya langsung.

"Hai, boleh duduk disini?" Aku memberanikan diri menyapanya, menghampiri saung dimana dia berada. Dia hanya tersenyum dan mengangguk. Sepertinya dia sedang mendengarkan musik, terlihat dari earphone yang terpasang di telinga kirinya.

Aku terdiam cukup lama, kemudian merogoh isi dalam tas ku. Mengeluarkan buku sketsa miliknya, lalu menyodorkannya.
"Ini, milik kamu?"

Dia hanya tersenyum dan mengangguk. Aku baru pernah melihat mata seindah itu. Selama sepersekian detik aku terbius oleh tatapannya.
"Errr... Gambarnya bagus sekali, apa ini untukku?" aku bertanya sekali lagi, masih berbasa basi. Sumpah, saat ini posisi duduk ku nggak nyaman banget, aku grogi saat menatapnya. 

Lagi-lagi dia hanya mengangguk, lalu tersenyum.
Aku mulai bingung, kenapa dia belum mengeluarkan sepatah kata pun?
Atau dia sedang batuk? Suaranya serak? Atau mungkin radang tenggorokan?

Sesaat kemudian datanglah mbak pramusaji, menyodorkan buku menu kepadanya. Dia hanya menunjuk tulisan "HOT CHOCOLATE". Oh, aku baru tahu sekarang, ternyata yang selama ini dia minum bukan kopi, melainkan cokelat panas.

Sembari menunggu pesanan kami datang, aku dan dia hanya saling berdiam diri. Oh ya, aku sampai lupa. Aku belum memperkenalkan diri.

"Err, namaku Iko." Dia cuma tersenyum, lalu mengambil handphone. Mengetik sesuatu, lalu memberikannya padaku. Tertera di layar, "NANDA".
Aku tersenyum, namanya bagus. Nanda, sesuai sama wajah dan perawakannya yang lumayan tinggi. Tapi, masih ada yang mengganjal. Kenapa dia belum mengeluarkan sepatah kata pun?

"Kamu lagi sakit?" Dia hanya menggeleng.
"Terus kenapa kamu dari tadi nggak ngomong?" tiba-tiba raut wajahnya berubah. Dia memandang ke arah sawah diseberang saung. Masih terdiam. Aku merasa tidak enak.

"Ya udah, maaf. Kalo kamu nggak bisa jawab nggak papa. Aku pergi aja ya, maaf udah ganggu waktu kamu. Makasih banget untuk gambar-gambarnya." Aku mengambil buku sketsa yang diberikan olehnya, lalu beranjak dari dudukku. 

Tiba-tiba tangannya mencengkeram lenganku, mencegahku untuk pergi dari situ. Aku menoleh, memandangnya. Tatap matanya seolah-olah menyuruhku untuk tetap duduk disitu. Aku pun mengurungkan niat untu pergi. Tak lama, pesanannya datang. Dengan segera dia menyeruput cokelat panasnya. Kemudian meraih handphonenya lagi, mengetik sesuatu. Memberikan handphonenya kepadaku.

"AKU BAKAL NGOMONG, ASAL KAMU JANJI SATU HAL. KAMU MASIH MAU JADI TEMENKU."

Aku tersenyum dan mengangguk. Dia mengambil lagi handphonenya. Kemudian, senyumku memudar.

Dia menggerakkan tangannya di ruang kosong, yang jelas aku tidak tahu apa maksudnya. Hanya saja saat dia melakukannya, suaranya tidak jelas, Ya, dia menggunakan bahasa isyarat. Dia seorang tunarungu dan tuna wicara. Earphone itu ternyata alat bantu dengar. Seketika duniaku terasa gelap.

Kamis, 27 Desember 2012

Tentang Ann

Well..

Kayaknya lama nih aku nggak nulis biografi tentang orang-orang disekitarku, terutama sahabat-sahabatku. Hmm, lebih tepatnya bikin sebuah postingan yang isinya full nyela itu orang.. :) #terdengar suara tawa bu Matsuzaka

Kali ini, orang beruntung yang bakal aku tulis biografinya adalah Annis Fitri Zamzami. #tersenyum jahat

Gadis yang... ehh bentar, prolognya rada nggak enak. Dia lebih pantes disebut anak perempuan, bukan gadis. Karena eh karena, kelebihannya yang memiliki tubuh semampai alias semeter tidak sampai membuat dia terlihat lebih pantes kaya anak SMP dibanding mahasiswa tingkat akhir yang masih mumet mikirin kapan skripsinya selesai. Ya iyalah nggak selesai-selesai, secara kerjanya ngeblog sama bikin fiksi mulu ketimbang berkutat sama questionaire dan draft skripsinya. #ehh, kayaknya celaan ini lebih baik buat main paragraph ajah

wajah Ann yang sangat menipu
Oke, kita ulangi lagi. Anak perempuan yang dilahirkan pada tanggal 5 Juni 1991 (yaa, dia emang lebih muda setahun dari ku) ini CUKUP unyu. Cuma "CUKUP" loh ya, sekali lagi aku tegaskan. Karena dia nggak akan pernah bisa menandingi keunyuanku.. hahahaha #ehh, kenapa jadi gue yang najis? ehh, narsis maksudnya

Body-nya yang semampai (sekali lagi aku tekankan, semampai disini is abbreviation of semeter tidak sampai), yaa sekitar 150-an cm mungkin, secara aku belum pernah nemenin dia ukur tinggi badan. Dia selalu menolak kalo aku ajakin ukur tinggi badan, aku nggak tau kenapa. Apa mungkin dia phobia sama meteran pengukur tinggi badan?? Aku nggak tau juga. Ntar aku bakal selidikin lagi.

Ohh ya, wajahnya sii menurut aku serasi banget sama tinggi badannya. Dia jadi keliatan kaya anak SMP ketimbang mahasiswa tingkat akhir yang masih mumet mikirin kapan skripsinya selesai. Ya iyalah nggak selesai-selesai, secara kerjanya ngeblog sama bikin fiksi mulu ketimbang berkutat sama questionaire dan draft skripsinya. #kayaknya udah pernah baca kalimat ini tapi dimana ya?

wujud asli Ann
Herannya, dia malah bangga dengan wajahnya yang menipu sangat itu. Padahal, kalo ditilik sama umurnya yang udah 21 tahun itu, pantesnya dia udah keliatan dewasa dengan memakai pakaian wanita dewasa macam rok atau blouse. Ya paling banter dia pakenya kemeja. Tapi sepertinya dia udah minder duluan karena itu nggak bakalan sesuai sama tinggi badan dan wajahnya itu. So, dia selalu lebih nyaman dengan memakai T-shirt, jeans, sama sneakers. Persis lah sama pakaian-pakaian ababil gitu. #padahal sendirinya juga lebih sering pake pakaian gitu

Annis itu gimana yaa?? Aku kenal dia pas ada perekrutan anggota ESA (English Students Association) di semester kedua. Udah gitu kenalannya klasik banget, pake dialog:

pose najis gue & Ann
Annis: "Eh, aku Annis. Kamu siapa?"
Pipit: "Hai, aku Pipit."

Berarti udah hampir 4 tahun aku kenal sama dia. Awal aku akrab sama dia yaa karena di ESA itu, karena sering ada rapat sama kegiatan. Soalnya aku sama dia beda kelas, makanya awal masuk kuliah aku belum kenal sama Annis. Mungkin karena jadwal kuliah antara kelasku dan kelasnya jarang ada yang bareng, terbukti aku pertama kali ketemu dia ya pas perekrutan ESA itu. Atau mungkin aku yang nggak terlalu merhatiin dia kali, secara waktu itu dia nggak penting buat diperhatiin dan nggak jadi pusat perhatian. ahahahha.. :D

Gara-gara sering kumpul di ESA, aku sama Annis malah bener-bener jadi akrab. Setelah selesai dua kali masa jabatan kepengurusan di ESA, kita masih akrab dan menjalin hubungan persahabatan yang baik sampai sekarang. Dia udah terlalu banyak menularkan virus KPOP sama aku. Sampe-sampe aku ikutan freak sama yang namanya Drama Korea dan boyband girlband Negeri Ginseng itu. Kalo Drama Korea sii sebenernya udah suka dari SMA, tapi gara-gara Annis aku jadi tau kalo banyak cowok cakep dari Korea yang bisa nyanyi dan nari macem SHINee, 2PM, B2ST, JYJ, TVXQ, Bigbang, etc. Aku juga sampe minta ajarin gimana caranya baca dan nulis huruf Korea yang mirip kaya donat itu, dan hasilnya.. sekarang banyak yang lupa.. hehe #maap yak

Annis juga freak banget sama yang namanya Power Rangers, heran aku udah segede itu masih suka nonton gituan. Aku aja udah banyak yang lupa.. ahaha :D

Dulu waktu aku masih ngekost, dia sering main dan tidur bareng aku. #ini nggak seperti yang kalian bayangkan. Kadang cuma sekedar nonton film bareng, dan ujung-ujungnya ngetawain itu film bareng-bareng juga. Yaa, kita berdua freak sama yang namanya film. Mulai dari film Korea, Indonesia (tapi bukan film horor yang sebenarnya sama sekali nggak horor karena cuma pamer dada dan paha mulu), Thailand, Hollywood, sampe Bollywood juga kita jabanin. #inget nggak nis kita nyampe apal dialog pidatonya Chatur Ramalinggam di 3 Idiots??? :D

foto bareng Ann setelah makan chicken steak dengan biadab
Ohh yaa, kita juga punya hobi yang sama, yang disebut dengan MAKAN. Mulai dari makan mie ayam, bakso, steak, nasi+ayam bakar, es krim, sampe snack sepanjang masa berbentuk mirip jaring dengan gambar khas anak laki-laki bertopi. Walaupun kita berdua kurus, untuk urusan makan kita berdua nggak bisa diremehin. Karena sebenernya kita memelihara seekor singa didalam perut, sampe-sampe kita selalu kelaparan dan rasanya ingin selalu mengunyah. Yang bikin heran, semua itu pergi entah kemana. Aku juga masih ajeg kurus, dan Annis juga nggak tinggi-tinggi, ajeg segitu aja. #sedih

Annis itu anaknya cuek, tapi bukan berarti nggak peduli. Cuek dalam artian yang positif, kaya sama orang yang kasih pengaruh nggak baik dalam hidupnya, atau sama hal-hal yang nggak penting, mirip lebay-lebay gitu laa..
Dia anaknya easy going, tapi bukan berarti nggak bisa serius dalam mengerjakan sebuah hal. Kalo dia udah dikasih kepercayaan untuk ngurusin satu hal, dia bakal kerjain dengan penuh tanggung jawab dan nggak main-main.
Dia juga temen yang baik, aku sering minta bantuannya tentang masalah grammar yang sebenernya nggak aku kuasain. Dia sering kasih aku benda-benda yang bener-bener sesuai dengan kesukaanku. Dia kasih aku bros dan celengan kucing. Dia bener-bener tahu banget kalo aku suka kucing. Annis juga pernah kasih aku mangga yang dia petik dari pekarangan rumahnya sendiri, tapi sayang mangganya asem. Aku berharap kalo pohon mangganya berbuah lagi, aku bakal dikasih yang manis. #aku nggak tau apa maksudnya dia ngasih mangga asem itu, apa mungkin dia benci banget sama aku sampe-sampe pingin bikin aku mati karena diare
Annis itu menyenangkan, yaa walaupun dia sering nyela aku. Tapi dia tahu kalo aku orangnya nggak marah kalo dicela-cela gitu, secara yang dia cela itu bener.. aaaaaarrrggghhh #gigit Annis dengan biadab

Mau nulis apa lagi yaaa tentang Annis??

Ohh ya hampir aja lupa, karena Annis juga passion writing aku muncul lagi. Aku suka nulis udah dari SMA, hanya saja kegiatan itu mandeg cukup lama sejak aku mulai kuliah. Lalu dimulailah postingan cerpen Annis yang salah satu tokoh fiksinya itu melibatkan aku, waktu itu dia posting di note facebook, belum di blog. Beberapa cerpen iseng dan postingan blog-nya melibatkan aku sebagai tokohnya, entah sebagai tokoh utama maupun sekedar figuran. Tapi semuanya sukses bikin aku terbahak, dan postingannya yang terakhir kemarin membuatku tersenyum penuh arti. #you know what I mean Ann :)

Annis teman dan sahabat yang bisa dipercaya, makanya aku suka curhat sama dia. Walaupun dia lebih sering menjadi pendengar yang baik ketimbang si pemberi solusi, tapi aku seneng. Dia juga bukan anak yang suka galau dalam waktu yang lama dan karena hal yang nggak penting. Rasanya aku nemuin orang yang karakternya hampir sama denganku, makanya Annis udah bukan aku anggep sebagai temen atau sahabat lagi, melainkan adik. Semoga aja hubungan persaudaraan ini akan terus terjalin sampai kapanpun, kamu mau kan jadi adikku Ann??? :)

*semoga aja dia nggak tau maksudku sebenarnya untuk menjadikannya adik tiri yang nantinya bisa aku suruh-suruh #suara hati :) :) :)

Cuma pingin curhat..

Nggak kerasa tahun 2012 udah tinggal menghitung hari lagi..

Udah 22 tahun menghirup udara yang gratis ini, menginjak bumi yang indah ini, melewati suka duka canda tawa serta lara. Bertemu dengan berbagai peristiwa, orang-orang yang datang silih berganti dalam hari-hari yang terlewati dan masih dijalani sampai saat ini.

Jadi inget, dulu waktu baru lulus SD aku mesti ikut sama budhe. Yaa, waktu itu ortu kepingin aku masuk ke SMP favorit di kabupaten. Well, aku pasrah. Saat itu berpikir bahwa ortu ku jahat, aku masih 12 tahun meeeeenn.. Aku masih polos, nggak tau apa-apa, terus mesti pisah gitu dari Mom and Dad? Hhh.. #deep sigh

Hari-hari aku jalani dengan stress karena aku sering keinget ortu, terutama Mom. Disekolah pun ada aja masalah sama temen, sampe-sampe aku lebih milih untuk sendirian, nggak punya temen. Nilai jeblok, pernah ada yang merah. Haha, mungkin itu saat-saat paling nggak enak dalam hidupku.
Tapi banyak yang nyenengin juga sih, apalagi pas tahun pertama dan kedua. Mungkin karena childhood di sekitar rumah budhe menyenangkan. Mereka kebanyakan masih SD saat itu. Hahaha, iya aku mainnya sama anak SD. Main petak umpet, main layangan, main kartu, main gobag sodor, macem-macem lah. Padahal aku udah kelas 2 SMP dan temen-temenku masih kelas 3, 4, 5, dan 6 SD. (Iya ga papa, ketawa aja)
Memasuki tahun ketiga, semuanya membaik. Prestasiku, hubunganku dengan teman-teman baru ku, intinya aku ngerasa lebih bebas dan nggak tertekan. Mungkin karena udah mulai fase pendewasaan kali yaa, jadi ababil. hahaha.. :D

Terus, pas SMA aku disuruh Mom untuk pulang. Aku bahagiaaaa... :D
Akhirnya setelah 3 tahun kangen tidur bareng sama Mom, aku pulang lagi deh.

Masa SMA tuh masa paling indah buatku. Ngrasain yang namanya cinta pandangan pertama, cinta pertama, persahabatan yang sampe sekarang masih terjalin dengan baik. Selama SMA, kayaknya nggak ada yang nggak nyenengin. Ehh.. Ada ding, ya masa-masa labil putus sama si pacar, diselingkuhin.. #nyesek

Then, tibalah saatnya aku menjalani status sebagai seorang mahasiswa. Yeeeyy.. aku udah punya KTP, lalu menyusul SIM. Senangnyaa.. :)
Sebagai mahasiswa, aku mesti ngekos. Pisah lagi deh sama Mom and Dad. Nggak papa, kan udah 18 tahun. Menyenangkan sekali punya keluarga kedua (baca: temen-temen kos). Hmm,, bikin peralatan syarat OSPEK bareng-bareng, laper dan makan juga bareng, tidur juga kadang bareng, ketawa, nangis pun pernah bareng. Mereka bener-bener amazing.
Ohh ya, temen-temen di organisasi ESA (English Students Association) dan temen lain Prodi di BEM juga menakjubkan. Dari mereka aku bisa dapet banyak ilmu, kayak English Debate, intinya berbagai macam tentang Bahasa Inggris lah. Kalo dari temen lain Prodi, bikin aku ngerti gimana caranya mengkoordinasi berbagai macam hal untuk menyukseskan sebuah event. Dan yang pasti, nambah saudara.


Ketika menjadi mahasiswa inilah, aku menemukan sahabat-sahabat yang luar biasa. Sahabat yang sampai saat ini dan kuharap selamanya akan terus bertahan menemaniku dalam suka dan duka. Bukan hanya sekedar teman yang mendekat disaat butuh saja.
Alhamdulillah, setelah melewati 8 semester yang menakjubkan di kampus biru itu, pada akhirnya aku menyandang gelar sarjana.

Ya, saat ini aku berpikir. Semua peristiwa yang telah aku lewati semua itu, membuatku menyadari bahwa setiap orang pasti tumbuh dewasa. Hanya saja, tidak semua orang akan bisa berpikir, berucap dan bersikap dewasa. 

Saat aku SMP, aku berpikir bahwa ortu jahat dan tega sekali sampai harus memisahkan aku. Kenapa juga saat aku sekecil itu, aku harus sekolah ikut sama budhe? Kini aku tahu, ternyata itu supaya aku bisa mandiri. Ya, aku memang anak tunggal. Namun kedua orang tuaku tidak ingin saat mereka tidak lagi bisa mendampingiku, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku harus bisa menjadi seseorang yang mandiri, memiliki prinsip yang kuat dan tegas.
Ketika SMA, dikhianati sama si pacar tentu membuatku sangat membencinya. Sekarang aku tahu, bahwa kepercayaan, kejujuran, dan kesetiaan itu mahal harganya.

Sampai saat ini, aku menyadari begitu banyak hal yang bisa aku ambil hikmahnya. Menjadikanku pribadi yang lebih baik lagi tentunya, karena melakukan kesalahan, kemudian sadar dan memperbaikinya. Menemukan pengetahuan dan pengalaman baru yang mungkin tidak akan pernah aku temui jika aku hanya di rumah saja.
 
Yaaah... intinya, sekarang udah 22 tahun terlewati. Banyak pelajaran hidup yang udah didapet. So, aku mesti lebih bijaksana lagi. Dewasa tentunya. Mesti lebih bisa mengendalikan ego, nggak semaunya sendiri. Kita tuh hidup nggak di hutan meeen, kita hidup di ranah sosial. Jadi mesti mikirin dampak ke orang-orang disekitar kita. Ok..



Sabtu, 22 Desember 2012

What a wonderful Dieng Plateu..

Well.. setelah hampir satu bulan nggak bikin postingan, akhirnya aku buka juga nih blog. Masih bingung dengan ending "Kehilangan Rasa Kehilangan" sih sebenernya, tapi daripada nggak nulis apa-apa jadi mending aku tulis liburan ku bareng sepupu ke Dieng sekitar 3 hari yang lalu. Cekidot..!!
Dari kanan atas ke bawah: Bella, adiknya Bella,Iko, Meli, Ivana, Salim, Annis, Yosi, Yeyen, Endri, Akuuu, mas Aris..



Hmm.. perjalanan dimulai hari Rabu, 19 Desember 2012. Aku sama sepupuku yg bernama Annisa a.k.a Annis / Nisa (ini bukan Annis Fitri Zam zami temen aku yg somplak itu loh yaaaa) berangkat kerumah temennya dulu yg bernama Bella. Yaa, disana udah kumpul semua temen2nya, such as Bella bersama ayah bundanya, tantenya, mas Aris dan kedua adiknya di mobil Daihatsu warna ijo. Then ada Salim, Yeyen, Endri, Ivana, Yosi, Iko, Meli, dan pastinya sepupuku si Annis itu tuuh.. Oh yaa, nggak lupa si supir yaitu mas Joko tak u..uu... di mobil Avanza putih. #gue sukses berdesak-desakkan disini bersama dengan Ivana, Endri dan Yeyen yg notabene badannya WOW banget deeeh... heran gue, kok bisa anak SMA tingkat kedua badannya bisa sesubur itu..ckck

on the way Dieng Plateu
Singkat cerita, jam 9 tet kita semua berangkat deeeh meninggalkan Kota Purwokerto Satria ini. Voila... 3.5 jam melewati kota Purbalingga, kemudian Banjarnegara dan Wonosobo, menikmati pemandangan dikanan kiri jalan yang penuh dengan perkebunan kentang dan wortel, ditemani dengan kabut yang perlahan turun.. keren deeh pokoknya (baca: serem, soalnya itu jalan belak-belok plus kanan kiri mirip jurang gitu..berasa naik roller coaster lah pas udah mau deket sama tempat tujuan)





sore hari di balkon homestay
Akhirnyaaaaaaaa.... sekitar jam setengah 1 an nyampe juga di Dieng Plateu, transit dulu di homestay Lotus, yaa... ngangetin badan dulu dengan minum susu coklat anget, kopi atau jahe yg udah disediain sama ibunya Bella #makasih tante, setelah lumayan kedinginan disambut dengan gerimis mengundang #halah, kabut sutra ungu #halah lagi, dan tentunya udara yang menusuk tulang.. Nggak tau deh itu kemaren nyampe berapa suhunya, mungkin bisa sekitar 13 derajat Celcius. brrrrrrr... >_<



 

Then, sekitar habis ashar, kita capcuuss ke lokasi Komplek Candi Pandawa.. padahal cuaca sedikit nggak mendukung, soalnya masih gerimis, kabut, dan tentunya itu udara rada nggak enak di pernafasan.. penuh embun gitu lah. But it's okay, takutnya besok nggak keburu kesono sii, jadi walaupun ujan badai pun kita terjang.. #halaaah

pelataran Kompleks Candi Pandawa

Melewati perkebunan kentang dan wortel, nyampe juga deh di kawasan Komplek Candi Pandawa. Ternyata setelah kabut menyeruak, perlahan terlihat bangunan-bangunan megah yang dulu cuma bisa aku liat di buku paket IPS Sejarah waktu SD-SMP. Kereen beeeeuuudd... :D

Yaa... pokoknya di Kompleks Candi Pandawa tuh banyak candinya gitu, agak mirip sama kompleks Candi Prambanan. Ada candi Arjuna, Puntadewa, de el el. Banyak banget, aku juga nggak datengin semua tuh candi, karena gerimisnya udah semakin deras. Tangan sama kaki udah kedinginan juga, ehh masih aja tuh temen-temennya si Annis minta di fotoin disini lah, disitu lah.. #susahnya kalo punya keahlian bisa motret dengan sudut pandang yang bagus gini nih ckck...

salah satu candi di Kompleks Candi Pandawa, lupa namanya..
Setelah pulang dari keliling kompleks Candi Pandawa, kita semua balik deh ke homestay buat mandi, makan dan istirahat, nyiapin fisik buat jalan-jalan ke Telaga Warna sama Kawah Sikidang besok. Eeeiiitss,, bentar, sebelum balik ke homestay, kita sempet mampir beli oleh-oleh dulu ding. Taraaaaaaaaaa.... aku beli manisan buah carica, ya sebenenya sii nggak yg istimewa-istimewa banget, di supermarket Purwokerto pun ada. Cuma yaa, buat pantes-pantes aja, masa habis liburan kesini nggak bawa apa-apa pas pulang. hoho

Selesai mandi pake air anget, masih aja kedinginan. Akhirnya aku inisiatif buat nyari bakso sama Annis dan temen-temennya, yaa biar rada anget lah ni badan.. setelah berjalan mungkin sekitar 400 meter, kita nemuin lah itu warung bakso. Yaa, sebenernya itu bakso nggak enak-enak banget, boleh dibilang keasinan #jangan-jangan itu campur keringat penjualnya? hiii... Tapi mau gimana lagi, rada laper plus pingin yang anget-anget juga, ya kita makan dengan biadab juga deh tu bakso.

Malemnya, aku kedinginan. Brrr... padahal mungkin suhunya nggak nyampe minus, tapi aku sampe kedinginan banget. Jaket juga udah tebel, mandi juga udah pake air anget, tapi masiiih aja kedinginan. Walhasil, malemnya berbekal dengan selimut dan bed cover, aku meringkuk dengan indahnya. Pun masih nggak bisa tidur, secara bau belerang mulai menyeruak memasuki homestay. Aaaarrrghhh... >_<
Hidung mulai mampet, nggak bisa napas, tidaaaaaaaaaakkk... mamaaaa.... aku kena flu..!! Kenapa harus kena flu disaat liburan kaya giniiii...??? #jambak rambut

pagi hari di balkon homestay
Keesokkan harinya, -setelah semalaman berjuang untuk bisa tidur, sampai berulang kali terbangun, mungkin karena ditempat asing dan amit-amit dinginnya- aku bangun dengan mengidap flu berat.. hadeeehh.. padahal udah jaketan, pake jilbab, celana training dan tak ketinggalan kaos kaki, masih aja dingin banget.. Berhubung aku liat itu matahari udah nongol dengan indahnya, aku keluar deh di balkon homestay. Dan.... subhanallah, pemandangan kemaren sore yg berkabut kini berubah..tuh liat sendiri di foto sebelah kiri.. :D




kompleks candi pas pagi hari
Well, setelah lumayan lama berjemur di balkon homestay dengan pemandangan tuh foto diatas, badan lumayan jadi anget.. siap-siap deh mandi, dan beres-beres sebelum check out. Eiittss,, kamera ku malah di pinjem sama Salim, dia mau balik lagi ke Candi sama Meli, Bella, Yossi dan Endri. Okeeh,, dan begini ini nih hasil jepretannya, bagus juga ternyata pemandangan candi pas nggak berkabut.
Nyesel euuuy nggak kesono pas pagi-pagi, yah mau gimana lagi mesti packing sebelum check out juga, ribet ihh..



Telaga Warna
Setelah packing selesai, kita semua sarapan dulu. Aku cukup minum jahe anget sama makan nasi dan mie goreng hehehe.. Dan, tiba saatnya buat check out dan melanjutkan perjalanan ke Telaga Warna dan Kawah Sikidang. Voilaa... keren banget deh yg namanya Telaga Warna.. nggak bisa ngomong apa-apa deh..
Tuh kan, liat ndiri bagus bangeeet... itu sebenernya nggak tau telaga beneran atau kawah. Soalnya itu bau belerang banget, terus nggak ada ikannya juga. Hahahaha,, bego banget aku yak, gimana bisa ada ikan hidup di kawah yang ada kandungan belerangnya??? ckck


Bareng Lea
Ohh iya, belum lama setelah dateng ke Telaga Warna, adalah dateng sekeluarga turis dari Switzerland. Mereka ada 4, yang 3 cewek yang 1 cowok. Kayaknya sii mereka satu keluarga gitu. Well, unfortunately aku cuma bisa ngobrol bentar sama anaknya yg namanya Lea, sama adiknya yang nggak sempet kenalan. Habis mereka keburu-buru gitu udah ditinggal sama emak bapaknya. Kata si Lea, pemandangan di Telaga Warna lebih bagus ketimbang di Swiss.. Hahaha, ngakak saya, padahal jelas-jelas pemandangan di Swiss jauh lebih indah.. ckck


Kawah Sikidang in action :)
Yaa... setelah perjalananan menyusuri Telaga Warna #yang sebenernya bingung apa aja warnanya, rombongan kita beralih menuju ke Kawah Sikidang. Sampe disana kita disambut sama segerombolan penjual masker, secara disono baunya belerang banget.. Untungnya aku udah bawa masker sendiri, jadi nggak perlu keluar duit buat beli masker.. hoho,, Hmm.. di sana nggak terlalu bagus menurutku, cuma gini doang lah.. Cekidot! ----->

Well... finally, perjalananku mengitari Dieng Plateau usai sudah.. Hmm,, kepingin sii lain kali kesini lagi, tapi nggak kuat dinginnya mas brooo.. haha :D
Welcome Purwokerto... #pulang-pulang menderita flu tingkat akut.. >_<